Bedah buku di IAIN -yang sekarang menjadi UIN- Sunan Ampel Surabaya. NU online sempat menulis.
***
Surabaya, NU Online
Siang itu, Rabu 30 Mei 2012, ruangan SAC IAIN Sunan Ampel Surabaya terasa begitu hangat meskipun AC terus menghembuskan udara dinginnya. Audiens terlihat begitu hikmat mendengarkan pemaparan dari para narasumber mengenai sosok teladan KH Abdullah Faqih.
Hadir menjadi pembicara dalam acara tersebut: KH Miftahul Akhyar (Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur), Prof Dr H Abd. A’la, MAg (Rektor IAIN Sunan Ampel), Agus Ahmad Alawy (Putra KH Ubaidillah Faqih), dan Muhammad Hasyim (Penulis buku “Potret dan Teladan Syaikhina KH. Abdullah Faqih”).
Acara Launching & Bedah Buku yang diselenggarakan Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi IPNU IPPNU IAIN Sunan Ampel dan Pesantren Langitan tersebut diikuti sekitar 400 peserta yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur.
“Kesuksesan acara bedah buku ini bukan dilihat dari seberapa banyak jumlah pesertanya, namun sejauh mana kita bisa meneladani sifat dan sikap Syaikhina” tutur Syamsul Badri Isalmy, ketua IPNU IAIN.
Acara launcing dan bedah buku yang dimulai sekitar pukul 09.00 itu terasa berbeda, ada rasa damai yang menyelinap ke dasar jiwa. Kang Hasyim menjadi penyampai pertama, beliau menuturkan bahwa Kiai Faqih adalah sosok yang santun, hingga setiap orang yang pernah dekat dengan Kiai Faqih pasti merasa bahwa dirinyalah yang paling dekat, semua itu karena Kiai Faqih sangat menghormati dan memperlakukan semua tamu-tamunya dengan perlakuan yang sama istimewanya.
Gus Alawy menambahkan bahwa kakeknya adalah seorang pendidik yang disiplin dan istiqomah, “Mbah Faqih hampir tidak pernah meninggalkan sholat jama’ah meskipun dalam keadaan sakit, beliau juga sangat memperhatikan pendidikan anak & santri-santrinya.” Ujar cucu pertama Syaikhina tersebut.
Bedah Buku “Potret dan Teladan Syaikhina KH. Abdullah Faqih” yang juga direncanakan akan diselenggarakan di beberapa titik di Jawa Timur itu mendapat dukungan dari Kiai Miftah, beliau mengatakan penting mengadakan acara seperti ini, terlebih di kampus-kampus yang saat ini begitu rentan dimasuki aliran-aliran baru yang tidak sesuai dengan paham Islam Ahlussunah wal Jama’ah.
Ia berpesan agar kita sebagai generasi muda bisa benar-benar meneladani kesederhanaan dan kewira’ian Kiai Faqih.
Sedangkan Prof. A’la, yang juga masih mempunyai hubungan famili dengan Syaikhina menegaskan “Kiai Faqih adalah orang yang gemar silaturrahim, namun silaturrahimnya Kiai Faqih berbeda dengan silaturrahimnya politisi atau orang sekarang. Orang sekarang kalau silaturrahim itu pasti ada kepentingan, sedangkan Kiai Faqih tidak.” ungkap Prof. A’la yang diamini para narasumber yang lain.
Perbincangan terus berlanjut, kesaksian-kesaksian tentang kesan yang paling membekas dihati dari orang-orang terdekat Syaikhina seakan menyihir para peserta Bedah Buku untuk ingin terus mendengarkan kisah-kisahnya. Kang Hasyim kemudian mempersilahkan Ust. Syafi’i, sopir Syaikhina, yang sudah sejak tahun 1996 mendampingi almarhum. Ust. Syafi’i mengatakan terlalu banyak kenangan yang cukup membuat ia semakin mengagumi dan menaruh hormat kepada Syaikhina, yang kisah tersebut sebenarnya ingin ia tulis, namun tak diperbolehkan oleh Syaikhina.
“Saya tak henti-hentinya meneteskan air mata ketika Kiai Miftah dan Prof. A’la menjelaskan tentang Syaikhina tadi. Saya merasa sangat kehilangan.” Ceritanya kepada rekan Syamsul diakhir acara.
Dalam acara Bedah Buku tersebut rekan Rijal Mumazzaiq selaku moderator juga mengajak seluruh peserta untuk mendo’akan para Kiai dan ulama’ agar diberikan umur yang panjang, sehingga jalan menuju kebahagiaan yang kita tapaki akan senantiasa terang oleh pelita-pelita ilmu yang sekarang sudah banyak dipadamkan oleh Allah. Semoga lahir Kiai Faqih-Kiai Faqih baru! Amiin.
Redaktur: Mukafi Niam
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38198-lang,id-c,nasional-t,Launching+++Bedah+Buku+%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Potret+dan+Teladan+Syaikhina+KH+Adullah+Faqih%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D-.phpx
Recent Comments